Re-Planning

Seperti yang sudah sy tuliskan, tanggal 11-13 ada training dari Indofood di Lembang, tapi ternyata diundur. Padahal aslinya, sy cepat kembali ke Bogor tujuan utamanya ya untuk ikut training. Trainingnya diundur sampai akhir bulan Maret. Ya sudahlah..

Hm, agaknya ini cara-Nya untuk membuat sy fokus ke proposal penelitian sy dan dua paper yang sedang sy garap. Dosen sy sudah mendesak sy untuk sesegera mungkin kolokium. Hoho.. Sy juga mendapat tawaran ajakan lomba ini dan itu, juga bisnis ini itu.. Ada tawaran jadi pembicara juga. Tapi aslinya sy grogi juga kalau jadi pembicara. Hehe.. Beberepa tawaran sy terima, tapi juga beberapa yang lain sy tolak. Sy harus belajar menolak, karena dulu sy pernah kewalahan hendle berbagai kegiatan yang selalu sy terima. :p Salah satu yang sy tolak diantaranya bisnis mengembangkan sayuran organik di lahan seluas sekian hektar dengan proyek senilai 150 jutaan. Menarik sih, apalagi penerapan ilmu praktis dari bidang sy, tapi sy tolak. Sy lebih tertarik dengan ajakan lomba yang lain dan amanah-amanah yang lain. Misalnya kemarin mendadak sy ditelepon untuk ajakan dua lomba bisnis di IPB dan ITB, sy tertarik untuk mencobanya.. Sy juga tertarik mengikuti lomba karya tulis di UI. Sy hanya menerapkan konsep etologi trial and error learning. Coba dan Gagal, begitu seterusnya.. Mengerti bukan konsepnya? ^_^


***
Hari ini sebetulnya sy tidak berencana menemuinya. Tapi sy memberanikan diri untuk menemuinya, menemui ayah Gyanta. Sy merasa bersalah pada beliau karena tidak menepati janji (sebetulnya bukan janji juga sih, tapi tetap saja sy salah.red), bukan berarti sengaja tidak memenuhinya tapi keadaan memaksa sy untuk belum bisa memenuhinya sekarang. Sy beberapa kali ke ruangan beliau, tapi beliau selalu sibuk dan tidak di tempat. Baru kali ini sy berhasil bertemu dengannya. Dengan hati berdebar (sy menyiapkan diri untuk dimarahi.red) sy mengetuk pintu ruangan kantor beliau. Ternyata beliau sedang makan siang dan dan dan..beliau tetap ayah Gyanta yang ramah dan hangat seperti biasanya. Sy malah diajak (agak dipaksa.red) makan bersama beliau. Agaknya sy terjebak dalam persepsi sy sendiri. Aslinya, beliau begitu antusias dan welcome dengan kedatangan sy. Ketika sy ungkap permasalahannya dan meminta maaf, beliau hanya tersenyum ramah dan berujar,"It's oke Din.." Finally, sy meminta beliau jadi pembimbing untuk salah satu paper sy. Beliau dengan ramah menyetujuinya. Ah, senangnya..

Sy berjanji pada diri sy, sy tidak akan mengecewakan beliau. Amiin.. Mungkin anda tidak tahu betapa leganya sy sekarang, ayah sy ternyta tidak marah!:) Teringat segala kebaikan yang beliau berikan untuk sy, semua guyonannya, hangatnya, kelembutannya, petuahnya, semuanya... Hingga puncaknya saat beliau memberikan sekian juta ketika sy akan berangkat ke Jerman, dan beliau hanya mengatakan,"Nak, ayah kirim ...juta untuk jajan burger di Jerman. Jaga kondisi dan hati-hati disana ya nak.." Padahal aslinya kalau tidak ada dana dari beliau, mungkin sy tidak punya uang bekal selama di Jerman. Subhanallah, dosen mana yang dengan mudahnya memberikan uang sebanyak itu tanpa diminta? Pasti dosen lain hanya meminjamkan atau kalaupun ada yang memberi tidak akan sebesar itu. Sy pun dekat dengan beberapa dosen, tapi memang tidak ada yang kebaikannnya se-Wah ayah Gyanta. Misalnya Dyah (Didi.red) yang juga diberi dana dari dosennya saat kami akan berangkat ke Jerman, tapi memang jumlahnya kecil dan jauh berbeda dengan keikhlasan pemberian ayah Gyanta. Jadi, anda bisa bayangakan kan sedikit saja sy merasa bersalah pada beliau, sy ngerasanya sy telah sangat bersalah. Padahal kenyataannya mungkin tidak demikian. Pokoknya hari ini, alhamdulillah untuk sebuah pertemuan yang dirindukan.. ^_^

No Response to "Re-Planning"

Post a Comment