HAPPY
Alhamdulillah, paperku lolos selaksi AMSTEC 2011. Paper ini sy buat sendiri, temanya tentang ketahanan pangan. Spesifiknya tentang tempe berbahan dasar selain kedelai (jadi berbahan dasar apa coba?? :)). Yap, seperti kita ketahui bersama bahwa kedelai merupakan 'parasit' impor pangan Indonesia. Kedelai merupakan tanaman subtropis, sehingga jika dibudidayakan di Indonesia yang notabenenya beriklim tropika, produktivitas kedelai tidak akan mencapai maksimal. Contohnya saja produktivitas rata-rata kedelai di Indonesia hanya sekitar 1-2 ton per ha, sedangkan kedelai di negara pengeskpor utama kedelai ke Indonesia(Amerika.red) produktivitasnya bisa mencapai 7-10 ton per ha. Berbeda sangat amat sangat nyata sekali bukan? :)Bukan hanya itu, harga kedelai petani lokal di tanah air lebih mahal dari kedelai impor (bisa mencapai dua kali lipat harga impor.red). Kalu sudah begitu, konsumen tentu akan lebih memilih membeli kedelai impor daripada kedelai lokal kan? Padahal untuk membudidayakan kedelai, memerlukan input eksternal yang cukup tinggi lho.. Lalu, kita tinjau masalah 'rebutan' lahan antara 3 pangan terpenting di Indonesia yakni : Padi, jagung, kedelai. Berdasarkan berbagai kendala pengadaan kedelai yang sudah sy singgung sedikit diatas, tentunya petani manapun akan lebih memilih lahannya ditanami padi atau jagung yang memberikan keuntungan ekonomi dan added value labih tinggi bukan? Di Indonesia, para petani hanya menanam kedelai sebagai tanaman sisipan (catch crop) ketika musim bera padi atau jagung. Hanya sebagai tanaman sisiapan, teman! Padahal, sebagian besar masyarakat Indonesia dari berbagai level ekonomi sudah sangat dapat dipastikan penyuka tempe, atau bahan olahan kedelai lainnya. Mirisnya lagi, Amerika mengurangi drastis ekspor kedelainya ke Indonesia karena kedelai disana mulai dikembangkan sebagai biofuel.
Menanggapi permasalahan kedelai di atas, pemerintah menetapkan target swasembada kedelai 2015! Hoho.. Sy lupa jumlah target swasembadanya berapa, pokoknya sekitar dua kali lipat dari total produksi kedelai nasional yang baru memenuhi sekitar 20-30% saja dari kebutuhan konsumsinya. Sisanya? Ya, ekspor kedelai! Kebayang kan, berapa triliun devisa negara 'terbuang' untuk mengimpor kedelai?
Nah, bagaimana upaya pemerintah dalam mewujudkan target swasembasda kedelai 2015 tersebut? Pemerintah 'katanya' akan membuaka lahan marginal dan lahan tidur sebesar 2 juta ha. Wow, luas yang sanagt fantastik! Tapi bayangkan, apakah rencana akan mudah dilaksanakan? Berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk membuka sekian juta hektar lahan baru? Berapa banyak polusi, degradasi lahan dan gangguan ekosistem yang akan diakibatkan? Belum lagi, sejumlah besar subsidi bagi petani kedelai untuk 'membujuk' nya agar mau menanam kedelai. Sampai saat ini, pembukaan lahan untuk penanaman kedelai itu belum juga terlaksana. Lalu, kapan akan dilaksanakan? Apakah kita hanya bisa menunggu dan menunggu 'janji-janji' manis pemerintah? Tidak. Bergerak sekarang juga! Fikirkan solusinya..
Nah, itulah yang melatarbelakangi sy mencari bahan dasar untuk tempe selain kedelai. Bahan dasar tersebut juga harus memenuhi kriteria kemudahan teknis budidaya, low input, high productivity, sustainable, tropical plant, etc.
Mohon doanya semoga dimudahkan dalam mendapatkan sponsor yak.. Sy parcayakan pada-Nya saja, jika DIA sudah menakdirkan berangkat ya pasti berangkat, pun sebaliknya. Sekarang usaha saja dulu.. Sy memang senang paper sy lolos ke Jepang, tapi entah mengapa rasanya lebih berbunga saat sy mendapat kabar paper sy lolos ke Jerman. Hoho..
Oh ya, sy akan mulai magang di Molecular Marker and Spectrophotometry UV-VIS Laboratory. Really like this. Sekalian cari topik untuk S2. S2 nya jadi atau enggak, ya liat ntar.. Ga ada salahnya toh kalau sekalian persiapan menyiapkan judul proposal tesis? ^_^
SAD
Peper sy yang lolos bukan paper yang barengan mba Desty. Kali ini sy sendirian.. Padahal inginnya bareng-bareng lagi, dan sy tahu pasti beliau ingin sekali ke Jepang, sama seperti inginnya sy ke Jerman. Tapi ya sudahlah, sy tetap bersyukur. Alhamdulillah..
Ini juga tentang benih. Untuk menjadi asisten praktikum benih, ada seleksinya dulu. Nah, sy baru tahu malamnya ketika besok (hari ini.red) akan seleksi. Itupun tahunya dadakan. Dan yang membuat sy agak kesal, teman-teman sy yang tahu perihal open recuitment ini tidak memberitahukannya ke yang lain dong.. Yang diberitahu ya temen-teman dekat gengnya saja. Hufft. Akhirnya, sy ikut seleksi asprak benih dengan persiapan dan belajar yang sangat seadanya. Huaa.. ;( Ya sudahlah, syukuri saja.. Segini juga bersyukur bisa ikutan seleksi.. Tetap optimis. Bismillah..
Fabiayyi aalaa irabbikuma tukadzibaan? ^_^
Happy or Sad Rather?
10:56 PM
dinicanidria
Posted in
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No Response to "Happy or Sad Rather?"
Post a Comment