Berlin-Jerman (4)

First Day

Malam begitu cepat merangkak, hari sudah menjelang subuh sekitar pukul 7 pagi waktu Jerman. Mas Dimas sebelum pergi memberitahu kami waktu-waktu shalat di Jerman. Sangat berguna, soalnya jangan berharap mendengar adzan disana. Mba Fay dan Sabira buru-buru pergi ke TPA, tidak lama disusul oleh Hunaynah yang juga pergi ke masjid Al-Falah. Tinggallah kami berempat di wohnheimnya mba Fay. Bingung mode: on. Hoho.. Tadi malam mas Dimas mengatakan kami akan tinggal di salah satu rumah orang KBRI Jerman. Tapi sampai kami dijemput mba Eva, tidak ada panitia yang mengkonfirmasi kami lagi tentang 'nasib' kami. Bukan hanya itu, dua ikhwan (David dan Rahman) juga adem ayem saja tidak menghubungi kami sebelum kami menghubungi mereka duluan menggunakan ponsel mba Fay. Singkat cerita, akhirnya mba Eva bilang bahwa beliaulah yang akan menjemput kami sekitar pukul 10.00 waktu Jerman untuk tinggal di wohnheimnya.

Akhirnya mba Eva datang, dan.. kami berempat kena pelampiasan marah mba Eva. Mba Eva bukan marah sebetulnya, tapi khawatir. Ternyata beliau sudah menunggu kami semalaman dan sudah mempersiapkan segala kebutuhan kami untuk menginap di wohnheimnya di Wedding. Tapi kami yang ditunggu tidak menghubungi beliau dan malah menghubungi panitia. Bukan hanya itu, kita juga dimarahin katanya mendadak memberitahukan akan ke Jerman sehingga belum sempat dicarikan penginapan. Hohoho, kami yang tidak tahu apa-apa langsung kena marah. Asiik kaan.. :) Segala hal tentang penginapan kan para ihkwannya yang urus, jadi kami sama sekali tidak tahu menahu, kami percaya sepenuhnya pada duo ikhwan itu. Aslinya, kami tentu kaget kena marah tiba-tiba dengan kesalahan yang sebetulnya tidak kami mengerti. Tapi kami terima, karena toh kami satu tim kan. Para akhwat yang mendengar luapan rasa kesal tersebut, hanya bisa menjelaskan seadanya tentang kesalahpahaman ini. Mba Eva kemudian mereda, dan berbalik sangat amat baik.

Kami ke wohnheimnya mba Eva memilih berjalan kaki sambail membawa peratalan perang (koper dan teman-temannya.red). Seru bisa melihat pemandangan sekitar, tapi sayangnya waktu itu hari Minggu jadi toko semuanya tutup. Hawa dingin kembali menyengat kami. Lega dan hangat saat sampai di wohnheimnya mba Eva. Lebih sempit memang, tapi nyaman. Pemandangan dari jendela mba Eva bagus, soalnya tepat di depan jendela ada pohon apa ya namanya yang daunnya sudah menguning dan memerah. Di depannya persis, ada tempat bermain anak-anak. Tidak jauh dari sana juga ada kindergrten (TK.red). Makanya sy suka.. :)

Mba Eva langsung menawarkan makan nasi. Alhamdulillah bisa bertemu nasi lagi. :) Tapi sebelumnya kami harus masak dahulu. Sementara teman-teman yang lain sibuk berfoto, sy membantu mba Eva masak. Jelas, sy lebih memilih memasak daripada foto-foto. Mba Eva hanya mengeluarkan bumbu-bumbu dasar seadanya, kemudian sy bertanya,"Mana bawang merahnya, mba?" Ternyata tidak ada bawang merah dong.. Bawang merahnya diganti bawang bombay. Hoho, kaget juga sy. Mulailah kita memasak. Dendeng sapi, sayur bening caisin, sambal cabai merah pakai bombay, plus kerupuk. Sy benar-benar mengikuti instruksi mba Eva saat memasak itu karena ingin tahu sepeti apa kebudayaan mahasiswa Indonesia di Jerman ketika memasak. Hoho, ternyata tidak berpengaruh. Buat sy masak itu naluri. Campuran antara seni, naluri dan perasaan dari masing-masing individu yang dicurahkan lewat memasak. Jadi seperti pelukis yang melukis obyek yang sama tetapi akan berbeda karakter hasil karya seninya tergantung seniman yang membuatnya. Masak pun begitu, meskipun masak masakan yang sama, setiap orang mempunyai karakteristik hasil masakan yang berbeda tergantung nalurinya. Alhamdulillah, akhirnya kami makan. Nikmat sekali rasanya. Subhanallah.. Mba Eva seperti malaikat untuk kami. Baik sekali beliau. ^_^

Sorenya, kami jalan-jalan sekitar jalan Wedding. Berfoto-foto ria. Kami secara alamiah terbagi dua kelompok. Sy dan mba Desty, Fia dan Dyah. Kami berpisah dengan track masing-masing. Bertemu lagi sore hari menjelang magrib sekitar pukul 6 sore (magribnya sekitar pukul 7 malam.red). Dinginya semakin menggigit. Sy kemudian punya ide untuk ke puncak apartemen, melihat pemandangan disana. Wah, benar ternyata, indah sekali pemandangan dari atas apartemen. =) Sore itu Dyah dan Fia cerita mereka membeli Donner (Donner, semacam kebab di Indonesia.red). Wah, sy kan jadi mau.. Sy suka sekali kebab. Keesokan harinya sy mewajibkan diri beli donner. Hehe..

Hari ini kami menutup malam dengan makam malam bersama. Mba Eva mengundang Mba Ratri dan Mba Pongky. Malam merangkak lambat.. Sy tidur berdua dengan mba Eva. Sempat sulit tidur, sementara yang lain sudah melayang ke dunia mimpi. Sindrom di tempat baru agaknya. Sy sempat sms orangtua dan salah seorang teman dekat sy yang sudah seperti kakak sy. Dari semenjak di wohnheimnya mba Fay, sy update statusnya ke mereka saja. Dan ternyata, pulsa sy cepat sekali sekarat karena sekali sms Rp 4000. Hoho..

To be continued..

No Response to "Berlin-Jerman (4)"

Post a Comment