Tidak ingin menikah

Tanggal 23 Desember, dimulai sejak sore hari saat seorang adik kosan menghampiri sy yang sedang nonton TV (kondisinya kami hanya berdua di kosan saat itu.red).

J (Adik kosanku): “Mba, nikah itu sebetulnya wajib ga sih mba? Bukannya nikah itu hanya sunah rasul kan mba? Suami istri itu seperti apa harusnya mba?”
Glek. Aku heran mengapa mendadak adik kosanku bertanya hal seperti itu. Aku teringat materi agama yang dahulu pernah aku baca, materi mengenai hukum menikah untuk menjawab pertanyaan itu.

Aku: ”Menikah memang sunah rasul yang diutamakan. Menikah ibarat setengah agama (setengah dien.red), maka dikatakan belum lengkap agama seseorang jika dia belum menikah. Menikah hukumnya berubah menjadi wajib apabila orang tersebut telah siap lahir dan batin untuk menikah, tapi tidak segera menikah. Menikah pun menjadi wajib apabila seseorang sudah tidak mampu lagi manahan nafsu syahwatnya dan dikhawatirkan akan berzina jika ia tidak segera menikah. Tetapi menikah hukumnya haram jika orang tersebut menikah dalam kondisi belum siap lahir dan batin untuk menikah namun memaksakan diri untuk menikah.”

Aku menarik napas panjang sebelum melanjutkan. J terlihat antusias memerhatikan apa yang aku sampaikan dan menunggu kelanjutannya.

Aku kemudian melanjutkan,”Parameter kesiapan lahir dan batin tersebut, hanya individu yang bersangkutan yang bisa menilainya. Menikah bukan perkara mudah seperti membalikkan telapak tangan. Menikah perlu kesiapan yang sungguh dari setiap individunya, karena disana kita menyatukan dua orang, dua kepala, dua fikiran dari dua jenis kelamin yang berbeda untuk menjadikannya satu visi misi untuk bersama saling menguatkan dalam berjuang menegakkan risalah-Nya. Menikah pun bukan hanya perkara menyatukan suami dan istri saja, namun lebih jauh dari itu, ada sebuah keharusan dimana sang istri harus bisa masuk ke dunia sang suami, pun sebaliknya. Sang istri maupun sang suami harus mampu menyelami kedalaman keluarganya, lalu menerima keadaan pasangannya apa adanya. Sang istri harus mampu menjadi abdi setia bagi suaminya, menjadikannya raja diraja, imam yang ia percaya menuntunnya untuk menggapai surga-Nya kelak. Pun harus menghormati serta menyayangi terutama ibu mertuanya seperti suaminya menyayangi ibunya, karena pada ibu mertuanyalah letak surga suami-Nya, dan pada sang suami lah letak surganya sebagai istri. Sebaliknya dengan sang suami, dia harus menjadikan istrinya ratunya, mutiaranya yang harus selalu dia jaga dan diperlakukan selembut mungkin. Intinya jika ingin menikah, masing-masing dari individu tersebut harus tahu serta memahami hak dan kewajibannya sebagai suami dan istri. Lantas, ia mampu melaksanakan setiap kewajibannya sebagai suami istri. 

Ketika telah menikah, bukan hanya keindahan yang akan datang, tetapi badai kehidupan pun pasti akan menghujam. Disanalah dituntut kekokohan bangunan yang dibangun bersama oleh sepasang suami istri, bangunan yang perlahan dibuat atas dasar fondasi rasa sabar, syukur, ikhlas, dan taubat. Perkara cinta, pesen mba, jangan sampai kamu mencintai seseorang karena hartanya. Kaya atau miskin, jangan sampai dijadikan patokan untuk memilih. Memang agama membolehkan jika kita memilh pendamping berdasarkan hartanya, namun rugi kalu kamu menetapkan itu sebegai faktor penentu pemilihan kamu de.. Ketika mendapatkan pasangan yang kaya harta, itu adalah keberuntungan, pun jika mendapatkan yang miskin harta juga merupakan keberuntungan karena ia pasti memiliki kelebihan luar biasa lainnya. Lebih baik miskin harta daripada miskin hati. Harta bisa dicari bersama ketika telah menikah.

Jika benar kamu mencintai seseorang, pertama yang kamu lakukan adalah kamu bayangkan jika orang yang kamu cintai itu tidak memiliki harta apapun. Ia hanya dirinya dengan imannya dan segala kekurangannya. Ketika kamu masih mencitainya dengan keadaan dirinya  yang benar-benar apa adanya tersebut, barulah benar kamu mencintainya kerena-Nya. Kerena ketika kita mencintai dia apa adanya beserta kekurangnnya, disana kita tengah menyadari bahwa DIA tidak pernah menciptakan apapun dengan sempurna, ciptaan-Nya selalu memiliki kekurangan, dan mba yakin dia pilihan yang tepat untuk kamu pilih. Tetapi jika kamu tidak bisa menerima dia apa adanya, berarti kamu tidak benar-benar mencintainya dan sebaiknya jangan kamu pilih ia sebagai pendampingmu. Saat kamu menginginkan hati seseorang, mantalah pada Sang Pemilik Hati dengan tetap menjaga jarak dalam radius yang aman dengan si dia, sembunyikan perasaanmu sebisa mungkin kamu sembunyikan, cukupkan hanya Allah yang tahu segalamu, mintalah pada-Nya yang terbaik dan bukan yang menurutmu baik. Lalu lihat bagaimana alur skenario-Nya selanjutnya.. Jika benar dia jodohmu, mba yakin akan didekatkan dan sebliknya jika bukan.

J masih serius mendengarkan, aku melanjutkan dengan kalimat penutup,”Jodoh itu  cerminan dirimu. Dia mirip seperti dirimu. Kamu dan jodohmu, seperti gembok dan kuncinya. Ketika menginginkan pasangan yang baik, perbaiki diri kita dahulu, maka pastilah dia pun sedang memperbaiki dirinya. Percayakan pada-Nya, Allah tidak akan salah memilihkan..”

Aku menutup jawabanku dengan sebuah senyuman, jawaban panjang yang secara refleks, detail aku uraikan padanya.

J: Mba, boleh ga kalau aku ga mau menikah? Kalau boleh, aku ga mau menikah ah mba.. Aku ga percaya ada laki-laki baik seperti yang mba bilang. Aku ga percaya pada lawan jenis, mereka semua pembohong.”

Glek. Innalillahi.. ada apa gerangan dengan adikku yang satu ini.. Sambil mengerutkan dahi, aku balik bertanya, “Kenapa memangnya kamu punya paradigma yang seperti itu? Sok atuh ceritain dulu biar mba ngerti..

Dan, tralala.. trilili.. dia menceritakan semua latar belakang mengapa dia mempunyai paradigma yang seperti itu. Akhirnya aku mengmbil kesimpulan, bahwa wajar saja ia tidak memercayai lawan jenis dengan luka hati yang sedalam itu. Aku mengatakan wajar, bukan berarti aku membenarkan. Perlahan aku luruskan paradigmanya yang kurang tepat tersebut, hingga terakhir aku peluk dia yang hampir meneteskan bulir bening dari sudut matanya. Syukurlah dia telah melunak, dan ingin menikah dengan mencoba memercayai lawan jenis. *Panjang lagi kalau dijelaskan. :)

Ya Allah, dalam hati sy kembali bersyukur, sy dilahirkan di keluarga yang penuh kehangatan dan harmonis. Ayah dan ibu sy yang selalu sinergi menghadapi setiap badai kehidupan. Ayah sy dapat berperan sebagai contoh berjalan bagaimana sehrusnya seorang ayah dan suami, hingga akhirnya saya menginginkan suamiku nanti adalah sosok seperti ayahku. Pun dengan ibu, dia memainkan perannya dengan indah, yang membuatku ingin menjadi istri dan ibu seperti beliau kelak. Amiinn..

Nanar saat sy tahu lukanya sedalam itu. Rabb, tolong bukakan mata hati adikku itu dengan menganugerahkannya pasangan  terbaik yang bisa dia percaya untuk dijadikannya imam. Amiin..


Setelah satu sesi curhat dengan J selesai adzan magrib pun berkumandang. Sebelum sesi curhat benar-benar usai, J menutup pembicaraan dengan statement yang membuat sy cukup kaget. Soalnya aslinya J bukan orang yang romantis, dan cenderung cuek.

J: “Mba, I love you...”

Aku balas tersenyum, dan menjawab,”I love you too...”

Hmm, aslinya kapan ya sy bisa bilang demikian ke lawan jenis? Ohoho.. Sudahlah, akan indah pada waktunya. Satu pesan penutup dari sy:

Kehangatan  tidak akan bisa dibeli oleh harta..


Semoga cerita di atas bisa diambil hikmahknya. Jangan sampai anda memandang tidak adil terhadap lawan jenis karena pengalaman pribadi anda sendiri.

Selamat menyusun mapping mimpi di tahun 2011 dan Have a Nice Holiday.. ^_^

No Response to "Tidak ingin menikah"

Post a Comment