Berlin,Jerman 2010 (1)

Setelah menunda sekian lama untuk bercerita, akhirnya sy putuskan hari ini untuk menuliskan kisah sy. Kisah terindah sy di kota yang telah menawan hati sy. Berlin, Jerman 9-14 Oktober 2010.

Sy menunda bercerita, karena sy khawatir tidak bisa benar-benar melukiskan indahnya negeri nun jauh disana itu.Bagi mereka yang tinggal disana, atau kuliah disana, mungkin menikmati indahnya kota Berlin, indahnya musim gugur di Berlin tampak biasa saja, tapi bagi sy rasanya sungguh luar biasa bisa menginjakkan kaki di negeri impian. Rasanya luar biasa saat sy pertama kali naik pesawat dan langsung terbang ke Eropa. Setiap senti pengalaman perjalanan tersebut, menjadi sebuah memori yang tidak akan pudar dari ingatan sy. Potongan puzzle yang sangat berarti, dan sy menanti sambungan dari potongan ini..

Bagi mereka yang mempunyai banyak uang dan bebas ke luar negeri sesukanya, atau mempunyai rezeki cukup dari orangtuanya sehingga bisa melanjutkan sekolah di luar negeri, maka wajib tanamkan rasa syukur teridah pada-Nya untuk semua kenikmatan dari berbagai kemudahan itu. Jangan lupa untuk setiap tetes nikmat-Nya yang mungkin luput dari rasa syukurmu.

Sy tidak diberi kemudahan seperti itu. Orangtua sy bukan orang kaya yang bisa membuat sy sekolah di luar negeri atau sekedar jalan-jalan ke luar negeri. Sy pernah merasakan berbagai kenikmatan dunia, semua keinginan sy dipenuhi papa, apapun yg sy mau pasti papah kasih. Sy pernah antar-jemput Bogor-Majalengka menggunakan mobil pribadi, berdua ditemani sopir pribadi juga. Tapi sy pun pernah sangat lama mengalami kondisi-kondisi dimana untuk makan saja sulit, dan harus benar-benar berusaha mencari sesuap nasi hanya untuk mengisi perut hari itu. Benar-benar berusaha untuk bisa makan! Akan panjang jika sy ceritakan perjalanan 'penuh gairah' itu. Sy banyak belajar dari sosok kedua orang tua sy yang super tangguh dan selalu kompak menghadapi berbagai kesulitan.

Dulunya, sy pernah ke sekolah jalan kaki dan tidak diberi uang jajan, padahal jarak sekolah-rumah lumayan jauh. Sy pun bisa sekolah karena dibiayai beasiswa. Hingga sy masuk kelas internasioanal dan ikut berbagai lomba serta olimpiade sains dulu, itu semua karena tekad kuat sy untuk tidak pernah mengecewakan oarangtua sy. Itu semua hanya karena sy benar-benar ingin sekolah dan melihat senyum bangga orangtua sy. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari melihat senyum papa mama (tentu saja masih mengutamakan orangtua, sy kan belum bersuami. hehe..). Kondisi sulit itu bukan sy alami beberapa hari, tapi bertahun-tahun. Jadi untuk sy yang pernah mengalami kedua kondisi 'atas-bawah' seperti itu, rasanya terbukti bahwa uang bukan segalanya. Sy jadi bisa melihat seimbang ke atas dan ke bawah, dan bisa menempatkan diri dimana sy berada dan bisa  bersikap fair menyikapi kedua kondisi tersebut. Itulah pelajaran hidup yang sy dapatkan. Anda akan menjadi orang yang merugi jika anda melihat dan mengukur segalanya dengan uang. Anda salah besar jika anda terdidik menjadi seorang materialistis, hati-hati ya... Maka dari itu, rasanya betul-betul amazing ketika sy bisa sampai pada titik sperti ini, menapaki bumi Jerman yang membuat separuh hati sy bergetar dan tertinggal di salah satu sudut kota Berlin. Allahuakbar...

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

Sy masih inget bisikan itu, bisikan saat sy tertidur, entah dari mana. "Din, kamu gagal ke PIMNAS, tapi papermu lolos ke IAAS World Congress (Woco) plus Renews, gpp kan? mau?" Seketika sy terbangun dari tidur sy, dan bisikan itu menjadi kenyataan.. Sy gagal lolos PIMNAS, tapi kedua paper sy goal ke ISPC di Woco dan Renews. Alhamdulillah.. Ga apa. PIMNAS, masih bisa dikejar tahun depan kan..


Amazing juga Allah memudahkan sy berangkat setelah sebelumnya diberi kesulitan dalam mengurus visa dan mendapatkan sponsor. Singkat cerita, tibalah kami berenam (sy, mba Desty, Dyah, Fia, Rahman, David) di Bandara Soekarno-Hatta malam sekita pukul... (lupa, bada magrib atau isya ya? pokoknya ya akhir magrib dan mendekati isya deh.), tanggal 9 Oktober 2010. Itu pertama kalinya sy ke Bandara. Singkat cerita lagi, kami terbang menggunakan pesaawat Emirates dan  merasakan berbagai fasilitas pesawat di dalamnya. Silakan anda coba saja ya, biar penasaran dan terpacu untuk bisa terbang juga. =) Pengalaman paling menggelikan, saat pesawat mulai berjalan dan akan take off. Grogi banget sy, dag-dig-dug-der pokoknya. Sy tidak henti-hentinya berdoa supaya selamat sampai tujuan. Teman duduk sy di samping terlihat santai saja, hemm ternyata Fia udah biasa terbang ke wilayah domestik sekitar Indonesia. Sy betul-betul grogi pas take off. Syukurlah, take offnya berhasil mulus dan kami terbang menuju bandara Hamburg-Jerman...

To be continued...

No Response to "Berlin,Jerman 2010 (1)"

Post a Comment