Neva Give Up!

Alhamdulillah akhirnya sy berkesempatan kembali menulis sepenggal puzzle di diary ini.=)

Hemm...bolehkah sy bercerita? Rasanya pengap terus mengendap jika tidak sy ungkapkan, meski sebetulnya tidak bisa benar-benar sy ungkapkan. Ada beberapa subtheme. hehe...

1. Sy merasakan bingung yang teramat sangat dalam menghadapi semua ini. hehey, lebay. Ndak apalah, ingin berlebay ria. hehe... Biasanya setiap ada masalah hampir semua sy ceritakan kepada orang tua sy, ayah dan ibu sy adalah orang tua sekaligus sahabat terbaik. Namun kali ini kondisinya berbeda. Masalah itu justru timbul dari masalah keluarga. Masalahnya bukan ayah dan ibu sy bertengkar, bukan sama sekali, mereka selalu rukun. Ada faktor eksternal yang sangat vital dan akhirnya mengancam sendi-sendi internal. Intinya, orang tua sy percaya sy bisa memberikan solusi nyata. Sy pun selalu optimis dan meyakinkan mereka bahwa semua akan kembali baik-baik saja. Tentu akan sy lakukan apapun untuk membantu mereka, orang-orang yang sy sayangi. Tapi akhirnya beban itu menghimpit sy sendiri, tanpa sedikitpun sy bisa bersuara dan berbagi dengan orang-orang terdekat. Masalah ini kemudian merembet ke sisi yang lainnya di dimensi lain kehidupan sy. Jangan tanya apa masalahnya, can't talk... Tidak ada seorangpun yang sy beritahu, cukup DIA yang Maha Tahu. well, pepatah lama akhirnya sy kemukakan kembali, memaksanya menyeruak masuk di sela fikiran sy: tidak perlu takut dengan masalah yang besar karena kita punya Allah yang Maha Besar... =)

2. Topik selanjutnya, kemarin sy dan tim delegasi ke Kedubes Jerman di Jakarta untuk membuat visa. Sebelum lebaran kami telah kesana (tapi sy tidak ikut karena ada dua praktikum) dan diberitahukan bahwa beberapa file seperti surat rekomendasi dari IPB, rekening koran IPB, invitation letter, dll dibuat satu rangkap dan kolektif untuk semua anggota tim delegasi. Kenyataannya berbeda saat kemarin kami kembali kesana setelah sebelumnya membuat janji dengan pihak kedubes Jerman. Semua file tersebut harus dibuat satu rangkap per individu. Hal sepele bukan? Solusinya juga sepele, tinggal fotocopy (meskipun fotocopy disana per lembar Rp 2000. hehe..). Tapi ternyata tidak sesepele itu. Kami tidak diijinkan membuat visa karena dianggap filenya belum lengkap (padahal cuma tinggal memperbanyak) dan diminta untuk membuat termin baru (membuat janji di hari lain untuk membuat visa). Setelah di lobi ini itu (masalah akademik, finansial, dsb), tetap tidak diijinkan membuat visa hari itu. Diperkirakan baru bisa minggu depan di hari yang sama dan visanya akan diusahakan jadi satu hari sebelum hari-H, dan kalau saja kita tidak bisa (meskipun dengan alasan akademik) hari itu, terpaksa tidak bisa berangkat ke Jerman. Sy tidak bisa egois dengan melulu memikirkan Jerman tapi mengabaikan akademik sy. Harus bolos berapa kali lagi untuk pergi kesana kemari demi Jerman. Kalu seperti itu caranya, berarti sy tengah menzalimi akademik sy. Oh no... Jadi bagaimana nantinya?Sy pasrah. Sy jawab saja 'bagaiamana nanti.' hehehe... Sebetulnya bukan sekali ini saja sy gagal mencari-cari puing untuk ke Jerman, berkali-kali. Apa saja puing-puing tersebut? Can't talk.. Well, kalau satu pintu tertutup, pasti di tempat lain akan ada seribu pintu yang terbuka. Terus kata kakak senior sy, kalau ndak ada pintu yang terbuka lewat jendela aja, kalau ndak ada jendela terbuka ya lewat fentilasi, dan kalau fentilasinya ga ada tinggal jebol aja atapnya. Ahaha...kocak. A nice Joke..^_^  Tapi sy ga mau kalau caranya ndak halal. ;p

3. Penelitian.... Hem, minggu ini sy pengamatan pertama penelitian sy. Wow... Disana juga sekalian bantu temen sy mulai tanam.Dan...dan...dan..kok sy santai2 aja yak belum bikin proposal penelitian dan makalah kolokium? hoho.. Nyantai, bukan berarti tidak berfikir loh. :p

4. Terakhir, sy sepertinya harus merelakan sesuatu yang sangat berharga bagi sy untuk sy pindahtangankan... Mau ga mau. Kita berasal dari ketiadaan, dan akan berakhir pula dengan ketiadaan. Maka, belajar kehilangan dengan benda sangat berharga yang sy sayangi... Horeyyy... sabar, syukur, ikhlas, sy sedang di upgrade lg. Husnudzon...

Kita lihat QS 94.5-6: “Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.”

Tidak akan pernah dikatakan mimpi jika untuk meraihnya semudah membelikkan telapak tangan. Mimpi selalu identik dengan segala hal sulit, namun bukan berarti tidak bisa. Pasti ada jalan... Allah menciptakan semua berpasangan, jika diciptakan kesulitan maka pasti diciptakan jalan keluar. Innalahama'ana.. Keep forward!!=)
  
"No matter how many times we fall, but how many times we get up." 
*Pinjem kata-kata temen sy... ^_^


So, Neva Give Up!

No Response to "Neva Give Up!"

Post a Comment