Dear Diary...

Bandung, 21 Agustus 2010
23.41


Ntahlah, tapi malam ini terasa begitu sepi. Padahal di kamar ini aku berdua dengan sahabat dekatku. Tapi dia sudah terkapar dan sedang berkelana di dunia mimpi. Aku pun ditemani dengan jurnal-jurnal litelatur yang telah membuatku tenggelam bermain dengan keyboard laptop untuk merangkai kata-kata lugas  di papaerku, hingga tanpa kusadari waktu merangkak cepat. Malam semakin larut.

Bandung, begitu dingin. Dingin airnya seperti mengulitiku. Namun terasa segar mengalir perlahan ke seluruh arteriola terkecil. Subhanallah…

Tapi sepi ini terasa begitu menusuk,  Allah. Lebih menusuk dari dinginnya air kota Paris van Java. Apa karena malam ini malam minggu? Bukan.. Apa hubungannya? Sama sekali bukan. Bagiku tidak ada masalah dan tidak ada bedanya malam minggu dengan malam-malam yang lain. Sama saja. Sepi yang sekarang menyergap entah berasal darimana. Kuintip satu persatu pintu kamar yang ada di dalam hatiku. Ada pintu DIA, orang tua, teman, sahabat-sahabat, guru, dosen, dll.  Semua baik-baik saja. Lalu kusadari ada satu kamar kosong yang belum ada penghuninya.. Pintunya masih tebuka, tampak sekali ruangannya belum terjamah.

Entah siapa nanti penghuni kamar itu. Aku diam. Nanar. Hanya berujar lirih pada-Nya," Allah, sampaikan rinduku padanya. Pada dia yang Engkau ciptakan untukku. Tolong jaga dia baik-baik sampai saatnya kita bertemu. Tolong sampaikan aku disini begitu sangat ingin bertemu dengannya… Semoga dia selalu dalam lindungan-Mu dan tidak kurang suatu apapun." Dia, yang sekarang belum kutahu siapa..  Dia, yang begitu kurindukan untuk kurebahkan segala  sepi ini..

Kuyakin dia ada, meski entah di belahan dunia yang mana. Hanya saja aku yakin kita masih bernaung di bawah satu langit yang sama, masih berpijak pada satu bumi yang sama. Bumi-Mu dan Langit-Mu. Maka dari itu, mudah bagimu untuk mempertemukan kami ya Allah..

Namun, aku tidak ingin memercepat apa yang Engkau perlambat dan tidak ingin memperlambat apa yang Engkau percepat. Allah, tolong semaikan benih-benih sabar tanpa batas untuk kami saling menunggu karena-Mu. Amiin. Innalaha ma’ana..

No Response to "Dear Diary..."

Post a Comment