Berlin-Jerman (3)

Hamburg-Berlin

Kami harus berganti kereta sekitar 5x untuk sampai di Berlin. Jadi bayangkan, dengan hawa dingin menyengat, kami dengan barang bawaan koper serta tas besar harus turun naik tangga sambil berlarian jika pindah kereta, karena ada kereta atas tanah (S-Bahn) dan kereta bawah tanah (U-Bahn). Dorongan koper sy pendek, jadi sy agak kesulitan berlari sehingga sering tersandung dan tertinggal di belakang. Tidak seperti Dyah dan yang lainnya yang lebih mudah berlari karena dorongan koper mereka panjang sehingga mudah didorong dan berlari (Itu hasil analisis sy, setelah sy bertanya-tanya sendiri kenapa sy sering tersandung koper ketika sedang mendorongnya. Ternyata pendeknya dorongan koper sy sangat menghambat mobilitas.red). Semakin beranjak malam, suhunya semakin membuat kami membeku. Maklum, terbiasa di negara tropis dengan suhu hangat, jadi dinginnya serasa menusuk. Jerman sedang musim gugur (Autumn.red) saat itu. Malamnya (Sy lupa pukul berapa, sekitar pukul 22.00 kalau tidak salah.red) akhirnya kami tiba di Berlin Hauftbahnhoft. Seriusan, sangat amat dingin. Ternyata suhu malam itu 1˚C. Hoho. Pantas saja, dinginnya mencekam. Hehe..

Ketika sampai Berlin Hauftbahnhoft, Dyah, Fia, dan mba Desty sibuk foto-foto dan merekam video perjalanan. Rahman dan David sibuk menelepon entah siapa, sy fikir menelepon mba Eva tapi ternyata mereka menelepon panitia Renews. Sy sendiri? Sy hanya sekali berfoto disana bersama-sama seluruh tim, selainnya lebih tertarik menghabiskan waktu berautis ria mengamati keadaan di sekeliling sy. Allahuakbar, sy tidak pernah menyangka bisa ke Jerman, negara impian sy! Hanya Allah yang tahu betapa bersyukurnya sy saat itu. :) Tidak lama kemudian, ada dua pria dan dua wanita Indonesia mendatangi kami. Mereka berempat adalah panitia Renews. Sy hanya mengenal kedua pria yang menjemput kami, yang wanita lupa siapa namanya. Kedua pria itu adalah Mas Dimas dan Karimi. Mereka berdua yang mengantar kami para akhwat ke wohnheim (apartemen) Mba Fairuz. Sementara Rahman dan David diantar oleh dua mahasiswa wanita (panitia.red) ke masjid Al-Falah untuk menginap disana. Sebetulnya sy heran, mengapa jadi Mas Dimas, Karimi, dan dua panitia wanita yang menjemput kami. Soalnya sy fikir yang akan menjemput kami di Berlin Hauftbahnhoft adalah mba Eva. Sy kurang paham mengenai ini, tapi ya sudahlah sy ikuti saja kedua ikhwan itu.

Sesampainya di wohnheim mba Fairuz, kami disambut ramah oleh Mba Fairuz dan kedua anaknya (Hunaynah dan Sabira kecil). Entahlah, saat sy melihat Sabira, sy merasa melihat diri sy ketika masih kecil. Morfologi dan tingkah laku Sabira kecil sedikit banyak mirip sy ketika kecil dahulu. Sy senyum sendiri melihat Sabira mengajari Karimi perbendaharaan kata hewan dalam bahasa Jerman. Sementara itu, mas Dimas dengan ramah bertanya banyak hal kepada kami. Lalu, mba Fay menawari kami minum teh hangat atau coklat kakao hangat. Dyah, Fia, dan mba Desty semuanya meminta teh hangat. Sy sendriri agak lama memutuskan. Sejujurnya sy ingin memilih coklat kakao hangat seperti mas Dimas (sy lebih tertarik coklat hangat daripada teh hangat.red), tapi akhirnya sy memilih teh hangat seperti teman sy yang lainnya. Malu ah kalau sy memilih yang beda sendiri, takut merepotkan pastinya.

Mas Dimas dan Karimi pamit pulang setelah beberapa lama mengobrol. Kamudian, kami shalat magrib jamak takhir dan shalat isya. Malam itu, sy tidak sabar ingin membersihkan diri dan makan. Lapar sekali rasanya. Hoho.. Dyah langsung tertidur pulas tanpa sempat melakukan apapun, kecapekan sekali agaknya. Fia sakit flu, dia memang alergi dingin, jadi setelah bersih-bersih dia juga tertidur. Saya? Sy tidak bisa tidur meski telah bersih-bersih. Maag sy melilit dan menjerit perih. Kami makan terakhir ya ketika di pesawat, itu pun hanya makan roti yang tidak habis. Biasalah orang Indonesia merasa belum makan kalau belum makan nasi. Hehe.. Akhirnya setelah semua tertidur (mba Fay, Hunaynah, dan Sabira juga sudah tidur.red), sy ngajak mba Desty untuk menyeduh popmie. Untungnya mba Desty mau. Hehe.. Hari itu, kami sukses tidak menemukan nasi. Sebuah persetasi. (*Alay.. :)). Alhamdulillah maag sy bisa diajak kompromi, jadi perihnya berhenti setelah sy mengganjal perut dengan popmie. Dan untunglah, kami sudah mempersiapkan beberapa buah popmie dari Indonesia. =)

Malam itu sy baru bisa tertidur sekitar pukul 01.00 dini hari. Sy ucapkan terimakasih banyak kepada Mba Fay, mas Dimas, dan Karimi yang telah memberikan tempat nyaman dan hangat untuk kami. Alhamdulillah..

To be continued...

No Response to "Berlin-Jerman (3)"

Post a Comment