Alhamdulillah...

Sudah baca cerita bagaimana sulitnya sy membuat salah satu karya tulis sy kan? Kalau belum, silakan dibaca di diary yang berjudul "surprise." Yap, berawal dari kekecewaan yang mendalam karena sy gagal masuk PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional), ternyata meskipun demikian karya tulis tersebut lolos didanai DIKTI (Direktorat Perguruan Tinggi). Sebetulnya ada dua karya tulis sy yang lolos didanai, yang satunya lagi yaitu ide sy tentang pestisida nabati untuk kutu putih (dari bahan binahong dan jarak pagar melalui reaksi saponifikasi) dan sy marger ide sy itu dengan salah seorang teman sy dengan membuat sebuh ide penanggulanngan terpadu hama kutu putih, baik dari pencegahan sistem agronomisnya (bidang analisis sy) maupun pengendaliannya secara teknis jika hama telah menyerang (ini ranah temen sy itu). Kalau sy jalankan sendiri ide yang kedua itu, birokrasinya lumayan dipersulit. Sy yang mahasiswa Agronomi, tapi punya ide tentang pestisida nabati yang jelas-jelas ranahnya jurusan lain. Sebelum ide tersebut di marger, sy sudah mencari tau beberapa dosen dari departemen ybs yang concern ke kutu putih dan pestisida nabati. Tapi setelah menemui beberapa dosen yang berbeda, sy baru ngeh kalau dosen-dosen tersebut seolah rugi kalau meberikan penjelasan kalau anggota timnya tidak ada dari mahasiswa jurusannya dan menyarankan sy ganti ide saja sesuai dengan jurusan sy. Inikah yang disebut pembatasan kreatifitas? ;( Sy bicarakan hasil pertemuan tersebut dengan dosen pembimbing karya tulis sy ini, dan beliau malah balik memarahi sy. Menasehati dengan nada lebih tinggi tepatnya. Dosen tersebut memang terkenal sangat tegas ke mahasiswanya, bahkan sangat amat sulit untuk menemui beliau yang super sibuk. Spesial untuk sy agaknya, beliau luar biasa baik dan sangat bersahabat, maka dari itu sy memintanya menjadi pembimbing. Meski sy tau pasti teman-teman keheranan. Sy dibantu dicarikan jurnal loh... Sy juga bebas diperbolehkan menelepon dan bertemu beliau kapan pun (bahkan ketika beliau ngajar). hehe.. Mana ada sejarahnya beliau yang super tegas membantu mahasiswanya sampai sebaik itu?^_^ Beliau mengomentari sy, katanya sy kurang komitmen memegang ide. Katanya tidak pernah ada pembatasan untuk bertanya dan kreatifitas. Benar juga sih. Tapi sudahlah, itu kisah dibelakang layar saja.

Akhinya sy bertemu dengan salah satu dosen yang penelitiannya fokus ke kutu putih dari departemen ybs, namanya Bu Dewi. Beliau kalau mengajar (sy diajar beliau ketika dasar-dasar proteksi tanaman) mahasiswanya tegas, tapi di luar dugaan, ketika diskusi malah renyah sekali. Sampai pada suatu titik diskusi, sy ditwari marger ide sy dengan mahasiswa bimbingannya yang juga bikin karya tulis tentang tema yang sama. Akhirnya sy setuju. Komunikasi dengan beliau, berlanjut lebih bersifat pribadi di luar bimbingan karya tulis. Beliau bercerita tentang banyak hal dan sy pun menanggapinya dengan antusias, sampai akhirnya sy ditawari ikut penelitian beliau tentang kultur jaringan salah satu tanaman obat (sy lupa)yang bekerjasama dengan peneliti-peneliti dari LIPI. Wow, LIPI? Itu kan mimpi sy. Apalagi ini kesempatan pertama gabung langsung  di penelitian dosen. Tapi dengan berbagai pertimbangan akhirnya sy tolak, karena pada saat yg sama sy juga sedang menggarap beberapa PKM, ngasprak, ngajar, jadwal akademik padat, dan organisasi sy yang butuh perhatian.

Kembali ke topik. Hehe..
Akhirnya untuk karya tulis yg pertama dengan dosen jurusan sy itu, sy tetapkan hati membuat satu karya tulis tentang pupuk dan pestisida nabati dari binahong, spesifik untuk membasmi keong mas. Perjuangannya telah sy ceritakan di episode sebelumnya. Meski akhirnya tidak lolos pimnas, ternyata pestisida dan pupuk binahong yg awalnya hanya karya tulis, sy coba aplikasikan di petani Desa Susuk Jaya, kecamatan Tajur Halang, Bogor. Itu tempat KKP (Kuliah Kerja Profesi) sy. Berawal saat SLPTT petani, ada hama keong mas yang sedang mewabah di pertanaman padi sawah, terus patani bertanya bagaimana solusinya, sedangkan menunggu bantuan pupuk dan pestisida dari pemerintah tidak bisa dalam waktu cepat. Sedikit ragu-ragu, sy akhirnya menawarkan solusi dari pestisida binahong. Padahal kan itu baru karya tulis saja. Memberanikan diri, akhirnya sy coba aplikasikan pastisida tersebut di desa. Taruhanya, kalau gagal membasmi keong mas, nama IPB yang juga kena malu. Sebaliknya kalau berhasil, ini inovasi baru yang belum pernah ada. Deg-degan menunggu hasilnya setelah dua hari aplikasi, ternyata berhasil! Horeeeyyy, lega dan seneng luar biasa. Hadiahnya apa? Hadiahnya ada dua. Pertama, senyum para petani yang padinya aman sentosa lagi. Hadiah kedua, pujian dari dosen pembimbing KKP sy. Sy lebih senang dapat hadiah pertama. Rasanya gimanaaa gitu bisa aplikasi langsung karya kita dan karyanya bisa diterima petani. Kepuasan batin yang lebih menyenangkan dari hanya sekedar hadiah materi. ^_^

Oh ya, sy mengajak salah seorang teman sekelas sy dan praktikan biologi (ini tujuannya untuk kaderisasi) sy untuk gabung membuat karya tulis ini. Selanjutnya, karya tulis tentang pestisida binahong ditawarkan untuk dimuat di majalah "BU(Beasiswa Unggulan) Magazine." Salah satu majalan terbitas DIKNAS. Hal ini karena praktikan biologi sy itu ternyata mendapatkan beasiswa unggulan dari DIKNAS, terus dia minta izin ke sy untuk menerbitkan karya tulis kita di majalah tersebut. Sekarang sedang dalam proses, dan akan terbit dalam waktu dekat ini. Kisah episode sy di ISPC Renews 2010 Berlin-Jerman juga sudah dimuat di koran harian Media Indonesia edisi 4 November 2010.

Alhamdulillah...
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?
^_^

Foot note:
1. Sy ucapkan selamat kepada rekan ISPC sy yang juga dari delegasi IPB bernama Dyah Raisya Laksitorehmi atas prestasinya sebagai The Best Presenter kategori undergraduate di ISPC renews 2010 Berlin, Jerman.

2. Sy baru tau kalau praktikan sy itu menghabiskan masa kecilnya di Jerman dan pernah student exchange ke Jepang. Subhanallah...
*Tunggu, kenapa selalu ada kaitannya dengan Jerman? Apakah ini kebetulan? Bukannya tidak ada kebetulan dalam Islam? hemmm... ^_^

No Response to "Alhamdulillah..."

Post a Comment