'Food Safety'

Jum'at, 29 Oktober 2010
20.21 wib

Sy baru nyadar klo blog sy polos bgt yah.. hehe.. Kapan2 deh ya kita permak, sekarang sy belum banyak ngerti, nanti belajar dulu... =) *nanti terus, kapan atuh? hehe, kapan2.. (pembuka yang ga nyambung, intermezo..^^)

Kalau melihat judulnya, apa yg pertama terbayang di benak anda? Yup, food safety berarti keamanan pangan. Persis. Tapi sayang sekali, makna yang sy maksud dari food safety di atas bukan makna denotatif, tapi makna konotatif. Mari kita tinjau...

Jika berbicara makna denotatif dari food safety, yakni keamanan pangan, pasti yang pertama terlintas di benak kita adalah keamanan pangan dari kontaminan yng tidak sehat misalnya bakteri merugikan, radikal bebas, cendawan merugikan, virus, dsb yang mengkontaminasi makanan yang kita makan. Lebih jauh lagi, hal yang paling penting untuk membuat makanan aman dimakan adalah dengan menerapkan praktek GAP (Good Agricultural Practices). GAP merupakan prosedur standar yang dibuat untuk standarisasi keamanan pangan. Anda tentu pernah mendengar ISO bukan? Yap, seperti itulah hasil penerapan GAP, yakni pangan yang bersertifikat aman dikonsumsi. GAP diberlakukan mulai dari sebelum tanaman mulai diproduksi (pra tanam) misalnya pemilihan bibit atau benih unggul bersertifikat, kemudian praktik on farm yang sehat seperti meknisme fumigasi yang aman, penyimpanan botol pestisida yang aman, penggunaan pupuk anorganik yang tidak berlebihan (sebaiknya menggunakan sistem LEISA yang kependakan dari Low External Input Sustainable Agriculture). GAP juga berlaku sangat vital ketika pananganan pasca panen, baik pasca panen sekunder maupun pasca panen primer. Maksudnya, penanganan pasca panen tersebut harus aman, mulai dari pencucian komoditas yang higienis, pengolahan yang bersih, hingga pengepakan yang rapi, dsb. Singkatnya seperti itu yang dimaksud keamanan pangan...

Nah, 'food safety' yang sy maksud dalam episode kali ini maksudnya lain, yang sy maksud adalah makna konotasinya, tapi intinya sama saja membuat segala asupan ke dalam tubuh kita aman dimakan. Seperti apa mekanismenya?

Segalanya berawal dari rejeki yang kita terima dari manapun dan dalam bentuk apapun. Hal pertama yang harus kita fikirkan setelah mendapatkan rejeki tersebut adalah membersihkannya sebersih-bersihnya seperti metode GAP yang sy jelaskan di atas. Misalnya kita harus menganalisis: (1) khalalkah sumber rejeki tersebut?,(2) cara mendapatkannya halal atau tidak?,(3) sebelum digunakan, bagaimana membuat rejeki ini aman?,(4)ketika menggunakannya, apakah digunakan untuk hal yg halal? Seperti itulah ranah berfikirnya. Sy fikir kebanyakan orang paham, tapi ada satu poin yang sering terlupakan. Satu poin yang sy yakin juga kebanyakan orang tau, tapi kebanyakan orang juga msaih harus berfikir panjang untuk melakukannya.

Apakah itu?
Hal yang sangat penting ketika kita mendapatkan rejeki lebih adalah membersihkannya terlebih dahulu. Itulah yang sering terlupakan. Kebanyakan orang terbuai dengan banyaknya rejeki yang mereka dapatkan dan dengan 'bernafsu' memikirkan nasib uang tersebut akan digunakan untuk kepentingan-kepentingannya yang tertunda sebelum uang itu ada. Benar bukan demikaian? Anda dalam bahaya besar jika begitu. Kita harus selalu ingat bahwa dari setiap rejeki yang kita dapatkan, ada hak orang yang membutuhkan disana. Siapa sajakah yang dimaksud orang membutuhkan tersebut? Untuk perkara ini, sudah sering dibahas dan tidak perlu sy uraikan kembali. Sekarang, mari kita tinjau arti QS Al-Baqarah ayat 261 :

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui".

 Membersihkan harta yang kita dapatkan sebelum kita gunakan harus dilakukan. Perumpamaannya seperti memakan ikan yang baru dipancing. Tentunya kita tidak mau kan memakan langsung ikan segar yang baru saja didapat? Tentunya ikan tersebut harus dibersihkan dahulu dari segala kotorannya, dari segala isinya yang bisa berakibat racun atau mengakibatkan rasanya kurang enak, barulah ikan tersebut diolah (dimasak) sehingga hasil akhirnya dapat kita nikmati dengan nikmat. Seperti itu juga rejeki. Sebelum digunakan harus dibersihkan. Tentunya kita tidak mau kan memakan rejeki kotor yang belum dibersihkan? Naudzubillah...

Ketika banyak orang berfikir hartanya berkurang ketika disodaqahkan, padahal sebaliknya. Ayatnya di ats sudah jelas bukan? Itu janji-Nya yang akan selalu dipenuhi, janji-Nya yang menentramkan. Semua yang kita infakkan akan dilipatgandakan menjadi tujuh kali lipatnya. Anggap saja tabungan yang sewaktu-waktu dapat kita gunakan saat kita 'kepepet.' Sadar atau tidak, sy yakin urusan anda akan selalu dimudahkan ketika anda selalu mengingat untuk 'menabung' harta anda pada orang2 yang hak. Amati fenomena sosial di sekitar anda. Sy fikir perbedaan status sosial yang begitu curam tengah terjadi dan selalu terjadi di negeri yang katanya memiliki sumber daya alam melimpah. Ironis bukan? Sedikit saja hal kecil yang bisa kita lakukan, yang dimulai dari diri kita sendiri, yaitu membisakan diri untuk memberi. Katanya belum dikatakan memberi jika kita belum merasa lebar (sayang) dengan harta yang kita berikan. Maksudnya terus memberi sampai kita mulai merasa lebar (sayang) dengan nominal yang kita berikan. Itu tantangannya. Bisakah? Dan kembali diingat, jangan khawatir tidak terganti, semuanya akan terganti oleh-Nya dalam jumlah yang tidak terduga dan dalam cara yang tidak terduga. Percaya deh. ketika kita memudahkan urusan orang lain, urusan kita pun akan dimudahkan. Apalagi yang kita ringankan itu orang yang membutuhkan, wah...ga kebayang akan deperti apa balasan-Nya... ^_^

Lalu, jangan terpatok dengan harus memberi jika sudah sampai nasabnya dan jumlahnya umumnya hanya 2,5%. Wah, itu paradigma umum. Ayo beralih ke aradigma khusus. Terlalu gampang kalau gitu mah.. Iya ga? enteng aja, kalo belum nasabnya ya berarti ga ada kewajiban memberi. Paradigma umum yang kurang tepat. Seseorang yang yakin rejekinya tidak akan tertukar, rejekinya dari-Nya dan ada hak hamba-Nya yang lain, akan selalu sadar kewajibannya untuk memberi tanpa perhitungan.

Sebetunya masih panjang yang ingin sy uraikan, tapi berhubung sudah jam malam, sy pamit mohon diri dulu. Lain kali kita sambung lagi ya..

Mari kita tanamkan selalu dua makna denotatif dan makna konotatif dari 'food safety', supaya asupan ke tubuh kita selain menyehatkan juga halalan toyyiban... ^_^

No Response to "'Food Safety'"

Post a Comment