Menperindag

Hari Jum'at kemrin tiba-tiba sy di sms oleh salah seorang kenalan sy (sudah seperti ayah sy) di menperindag. Beliau meminta sy untuk ke kantornya. Saat itu kurang lebih pukul 13.00. Awalnya sy bingung karena sy belum tau rutenya. Pas sy tanyakan ke beliau, beliau juga bilang tidak tau karena biasanya ke sana memakai mobil pribadi. Setelah shalat dzuhur, sy bersiap-siap berangkat (padahal belum tau rutenya). Sy nekad aja berangkat sambil sms beberapa temen (tiga orang tepatnya.red) untuk menanyakan seperti apa rute kesana.  Sy bingung juga karena ada beberapa yang beda dari ketiga penjelasan tersbut. Tapi intinya sih agaknya sama. Well, perhentian pertama yg sy tuju adalah stasiun Cawang, Jakarta.

Pertolongan pertama, sy bertemu dengan seorang mahasiswa IPB dari jurusan IKK 44, Fitri namanya. Seperti biasa, sy bisa langsung akrab dengan orang yang pertama kali bertemu (dengan wanita tentunya, kalo ke laki-laki sy malah caggung). dari Fitri sy tau bus dari Cawang ke Menperindag.

Sesampainya sy disana... Gedung menperondag tinggi sekali. Sy diminta naik di lantai 11 oleh beliau.  Luar biasa sy di sambut hangat oleh Bapaknya. Sy kurang paham posisi belaiu apa di menperindag tersebut. Sy hanya tau beliau di bagian mesin dan pelelangan. Tapi agaknya beliau atasan (bos) karena banyak sekali stafnya dan terlihat benar beliau sangat dihormati. Awalnya sy diminta menunggu sebentar karena Bapaknya ada rapat dahulu. Yang membuat sy takjub, kepada setiap orang (stafnya) yang ditemuinya, beliau pasti memperkenalkan sy sebagai anaknya. Sy dilayani pokoknya. Sy disana main internet, ngeprit, dll dengan bebas. Ada office boy juga yang memberikan secangkir teh panas (hal ini tidak akan terjadi jika tidak kenal orang dalam). Setelah shalat magrib, sy diajak ke gedung sebelah karena beliau juga bertugas disana, di bagian pelelangan barang (bantuan mesin, diklat, dll yang nilainya mencapai milyaran rupiah). Bapaknya hanya tinggal duduk, periksa prposal yang setumpuk (kebanyakan hanya diliat sekilas saja), dan tanda tangan lalu selesai. Mudah sekali bukan? =) Di masjid bawah gedung, sy malah benar-benar dikira anaknya. Beliau tidak terlihat memperlakukan bawahan seperti bawahan, sy melihat seperti rekan sejawat yang memiliki jabatan yang sama. Barulah ketika beliau akan mengantarkan sy pulang, beliau cerita dengan sangat sopan bahwa semua yang barusan sy temui adalah bawahannya. Beberapa rekan kerja beliau begitu terang-terangan memuji sy (sy memilih menjauh, takut kesenengan dipuji begitu), ke bapaknya malah minta lamarin sy. Huahhh...tidakk... Di akhir perbincangan, mereka bilang mau main ke IPB untuk..... *apa coba? hehe...

Malam itu Bapaknya sangat antusias mendengarkan pemaparan sy tentang project sy. Hem,, finally, sy ditawarkan S2 ke Jerman atau Jepang. Bapaknya juga menawarkan sy untuk masuk ke menperindag setelah sy lulus S1 (jika tidak berminat melanjutkan S2) karena menperindag sedang membuka peluang bagi lulusan baru untuk masuk. Begitu... Untuk tawaran ke S2 tersebut, sy hanya menjawabnya dengan senyum, meski dalam hati bersorak karena dua negara itulah yang sy harapkan menjadi pelengkap di masa depan sy. Well, sy tdak menjawab karena di benak sy langsung teringat pada suami sy nanti. Jika sy nantinya sudah punya calon suami atau lebih jauhnya jika sy benar-benar telah memiliki suami, tentu sy harus meminta izinnya terlebih dahulu. Tentu saja, itu fitrah wanita, menjadi seorang istri yang dipimpin suami. Suami adalah imam sy nantinya, raja sy, maka pertimbangannya akn menjadi prioritas bagi sy. Apakah terlalu jauh sy berfikir suami? hemmm, tidak agaknya. Untuk sampai ke jenjang itu, pelu persiapan yang dirunut perlahan jika ingin siap ketika saatnya tiba. Well, padahal mah sy juga belum tau siapa ntar yg jadi suami sy. ahaha.. Ada yang bilang bahwa matahari tidak terbit dua kali mebangunkan kita (maksudnya, kesempatan tidak datang dua kali menghampiri kita), sy setuju... Tapi di sisi lain, secara parsial sy melihat sisi-sisi positif dimana kesempatan bisa datang dua kali jika kita berusaha mencarinya dan terus mencarinya.

Semangat selalu untuk mimpi-mimpi yang masih menggantung di ujung aurora...
Tidak perlu ingin jadi yang terbaik, namun cukup lakukan yang terbaik. Sepanjang sudah melakukan yang terbaik, berarti itulah hasil yang Allah tetapkan terbaik untuk kita.

Innalahama'ana...
^_^

No Response to "Menperindag"

Post a Comment