Mama dan Memasak

Memasak, itu adalah salah satu hobi sy. Bagi sy memasak itu refreshing, sama seperti kesukaan sy pada anak-anak. Sy juga suka jalan-jalan dan berwisata kuliner. Jalan-jalannya ke tempat-tempat indah tapi ya, bukan ke mall. Hehe.. :)

Mamah sy jago bgt masak. Beliau dulu sempat punya catering dan sering diminta masak untuk pesta pernikahan, khitanan, dsb. Aslinya, mama sy selalu mendidik sy dari kecil, katanya kalau anak perempuan itu harus bisa masak. Malu kalau perempuan tidak bisa masak, begitu kata mama... Pendapat mama ini tidak sejalan dengan perkembangan jaman yang menghendaki kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan. Sy sempat beradu argumen dengan teman kosan sy atas perkara ini. Teman sy tetep keukeuh bahwa wanita di jaman sekarang posisinya setara dengan pria. Jadi, masalah pekerjaan dapur ya jangan dibebani ke wanita saja, begitu katanya. Waw waw, sy sangat tidak setuju dengan pendapat itu. Katanya, mamasak itu bisa belajar ekspres nanti saja setelah menikah. Oke, tidak salah sih... Tapi, sy tetap sependapat dengan mama, sehebat-hebatnya seorang wanita, kelak ketika menjadi istri ya harus mampu menguasai dapur, maksudnya bisa memasak. Begitu... Seperti papa yang mengenalkan dunia menulis yang bagi sy sangat menarik, maka begitu pula dunia memasak yang diperkenalkan oleh mama...

Semenjak sy masih SD, mamah sudah mengajari sy hal-hal kecil mengenai masak, dan selalu meminta sy untuk menemani beliau masak di dapur. Sy masih ingat dengan jelas ketika selama satu bulan sebelum sy berangkat studi ke IPB, mama benar-benar menyerahkan urusan dapur kepada sy. Semuanya... Mulai dari masak nasi, masak air, masak masakan sehari-hari, belanja, dll dll. Mama melatih sy seperti itu dengan sangat keras. Sy dilatih untuk setiap hari menyiapkan makan pagi, siang, dan malam untuk seluruh anggota keluarga kami (papa, mama, ade, dan saya.red). Tidak apa-apa jika masaknya hanya masak tumis kangkung, tahu acak, oreg tempe, ayam goreng, dll yang simple, asalkan masak__latihan masak tepatnya. Suatu hari dalam satu bulan itu sy pernah malas masak nasi, dan malas masak untuk makan... Sy ngetes mama juga sih, biasanya kan kalau tugas seperti itu tidak sy kerjakan, ya dikerjakan oleh mama. Kali itu, tidak! Mama sampai beli nasi dan beli masakan dari luar. Haha.. Mama Cuma bilang,”jangan fikir mama kasih toleransi buat kamu ya, kamu harus belajar disiplin! Nanti kalau jadi ibu rumah tangga, ga pernah ada libur!” huuaa, negrii kan? :D Ya, itulah cara didikan mama: tegas dan disiplin!

Pola didikan mama berbeda dengan papa yang sangat amat lembut dan penuh toleransi. Sy lebih suka cerita sama papah ketimbang mamah, soalnya papah itu selalu hangat, sabar, dan lembut meski sy cerita hal sama yang berulang-ulang dan cukup mengesalkan. Hehe.. Kalau mama? Hmmm, sekali pukulan telak kalau sy cerita tentang hal yang melemahkan mental sy, yaitu dengan beliau bersikap tegas. Kata mama, wanita itu harus tegas dan kuat! Itulah adat orang Jawa.. Kalau papah kan dari sunda, jadinya lembut. Haha, beginilah jadi sy yang dibesarkan dalam dua kultur kebudayaan yang berbeda. Jadinya nano-nano... :D

Kini, sy merasakan dampaknya. Sy jadi hobi memasak. Aslinya, ya sy masih amatiran kali ya dalam memasak. Tapi ya ga amatiran bgt juga siii.. Hehe... Selama di kampus dan penuh dengan kesibukan, sy jadi jarang masak, baru di tingkat akhir ini sy punya banyak waktu untuk memasak. Sy ingin selalu berkreasi di masakan. Suka bosen kalau masak resep-resep biasa saja. Sy senang sekali kalau dikasih buku-buku resep masakan. Memasak itu bisa menghilangkan penat dan stress lho.. Seriusan!^^ Beberapa hari lalu, sy baru beli beberapa buku resep masakan murah di toko buku bekas. Asli, murah bgt! Hhmm, itu buku resep yang pertama kali sy beli. Soalnya kalau boleh jujur, resep mamah tuh paling mantaps dan teruji enak, jadi sy agak kurang percaya sama buku resep masakan. Tapi, sy perlu banyak referensi dan banyak ide untuk membuat kreasi masakan baru. Ilmu toh bisa datang dari mana saja, kan? :p Mamah tuh chef terhebat bagi sy. Jago bgt masak apapun, sudah terbukti pokoknya. I proud of you, mam... Dulunya sy suka sering tanya,”Mam, garemnya segimana? Gulanya berapa banyak? Bawangnya berapa siung?” Jawaban mama hanya,”Masak itu naluri. Pakai nalurimu ketika memasak dan jangan banyak tanya.” Mama bilang, kalau sudah sering memasak, nanti nalurinya jalan sendiri... Jadi, kalau jam terbang masak ga pernah diasah, gimana mau jalan nalurinya? Gimana bisa bisa jago masak dengan cepat tanpa sering berlatih? Hayooo... :D

Sy ingin seperti mama... Dan sy akan berusaha menjadi seperti mama. I miss you badly, mam... ^_^

No Response to "Mama dan Memasak"

Post a Comment